Detail Cantuman

Tifoid merupakan permasalahan kesehatan masyarakat yang penting di sebagian besar negara berkembang di negara berkembang salah satunya di Indonesia. Kejadian resistensi penggunaan antibiotika pada terapi tifoid dapat terjadi akibat penggunaan antibiotika yang tidak tepat. Penelitian ini berujuan untuk mengetahui pola penggunaan antibiotika serta kualitatif dan kuantitatif di salah satu rumah sakit tipe D di Kabupaten Karawang periode Januari-Desember tahun 2019. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang dilakukan secara restospektif yang dianalisis menggunakan metode gyssens dan ATC/DDD. Data ini diambil dengan penggunaan obat antibiotika dalam periode Januari-Desember tahun 2019 untuk kuantitatif & kualitatif data rekam medik dengan diagnosa tifoid pasien rawat inap anak periode Januari-Desember tahun 2019 yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian menunjukkan hasil kualitatif menyatakan tidak rasional yang meliputi penggunaan antibiotika sebanyak kategori IIIA 50 subyek (24,2%), kategori IIIB 13 subyek (6,3%), kategori IVA 124 subyek (59,9%), kategori V 16 subyek (7,7%), & kategori VI 4 subyek (1,9%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa golongan antibiotika terbanyak adalah golongan sefalosporin generasi ketiga yaitu seftriakson 53,1%. Kuantitatif nilai DDD tertinggi pada antibiotika seftriakson 31.360 DDD/100 pasien-hari dan merupakan antibiotika yang paling banyak diresepkan. Hasil penelitian diharapakan dapat menjadi pertimbangan bagi pihak rumah sakit sebagai bahan evaluasi dan perbaikan dalam rangka meningkatkan rasionalitas penggunaan antibiotika.

Kata Kunci: Tifoid, Anak, ATC/DDD, Gyssens