Detail Cantuman

Perusahaan yang memproduksi makanan khususnya permen tentu mengalami tahapan yang cukup panjang, sehingga perusahaan memperhatikan dalam setiap prosesnya untuk mengahasilkan produk yang bermutu. Namun tidak bisa dipungkiri, dalam tahap pengemasan sering terjadi reject dimana kemasan mengalami cacat. Maka dari itu agar tetap mengasilkan nilai jual, maka kemasan atau disebut dengan inner yang reject tersebut akan dijual kembali ke pengepul plastik. Namun harus melewati proses crusher inner sesuai arahan dari pengepul atau konsumen. Pada proses crusher ini ternyata ada kondisi tidak aman, terdapat ada 5 sumber bahaya yang berisiko. Maka dari itu, untuk mengidentifikasi permasalah tersebut dilakukan pendekatan menggunakan metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA) dan Hazard Identification Risk Assement and Risk Control (HIRARC). Penggunaan FMEA mampu mengidentifikasi risiko kegagalan yang terjadi pada proses crusher inner dengan tujuan mendapatkan risiko kegagalan berupa nilai risk priority number (RPN) yang kemudian nantinya diberikan upaya perbaikan untuk menurunkan nilai RPN itu sendiri. Setelah dilakukan penilaian FMEA maka hasilnya terdapat potensi bahaya pada aktivitas crusher inner dengan nilai RPN paling tinggi adalah 168 pada aktivitas memasukan inner kedalam hopper yang berpotensi tangan terkena pisau inner. Setelah dilakuakan usulan perbaikan makan nilai RPN turun menjadi 32 dengan usulan perbaikan penambahan alat bantu yaitu scraf paper. Kemudian berdasarkan perhitungan HIRARC di dapat 2 rating Hight (40%) yaitu potensi tangan terkena pisau inner dan posisi tombol emergency jauh dari jangkauan. Maka setelah dilakukan penilaian, maka rekomendasi perbaikannya adalah dengan dibuatkannya alat bantu scraf paper untuk pendorong inner saat memasukan kedalam hopper dan yang kedua pemindahan panel tombol emergency pada mesin agar mudah dijangkau oleh operator.

Kata Kunci: manajemen risiko, FMEA, HIRARC